PEDOMAN DALAM MENGECEK DAN MENILAI SUMBER INFORMASI

NASEHAT PENTING DARI IBNU SHOLAH BAGI YANG MASUK DALAM RANAH JARH WA TA'DIL


Sumber : Muqaddimah Ibnu Ash-Shalah, Pasal ke 61 Hal. 492-493

ثم إن علـى الآخذ في ذلك أن يتقي الله تبارك وتعالى ويتثبت ويتوقى التساهل كيلا يجـرح سليماً ويسم بريئاً بسمة سوء يبقى عليه الدهـر عارهـا .  

Kemudian, bagi mereka yang terlibat dalam hal itu (al-jarh wat-ta'dil), harus bertaqwa kepada Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi, dan harus benar-benar tatsabbut (memastikan perkaranya dengan jelas) dan berhati-hati dari bermudah-mudahan agar tidak sampai terjatuh pada kesalahan yakni menjarh orang yang tidak bersalah dan menyebabkan fitnah buruk padanya yang akan terus melekat selamanya. 

وأحسـب أبـا محمـد عبد الرحمان بن أبي حاتم وقد قيل: إنه كان يعد من الأبدال من مثل ما ذكرناه خـاف ، فيما رويناه أو بلغنا أن يوسف بن الحسين الرازي وهو الصوفي دخل عليه وهو يقــــرأ كتابه في " الجرح والتعديل " . فقال له : كم من هؤلاء القوم قد حطوا رواحلهـم فـي الجنة مند مئة سنة ومئتي سنة وأنت تذكرهم وتغتابهم ؟ فبكى عبد الرحمان .

Saya menganggap bahwa Abu Muhammad Abdul Rahman bin Abi Hatim adalah seorang yang termasuk dalam golongan "Al-Abdāl" berdasarkan apa yang telah kami sebutkan, berdasarkan apa yang telah kami dengar atau kami terima bahwa Yusuf bin Al-Husain Ar-Razi, seorang sufi, datang mengunjunginya ketika dia sedang membaca bukunya tentang "Jarh wa Ta'dil". Yusuf berkata kepadanya, "Berapa banyak dari mereka (orang-orang yang dijarh dan dihukumi) yang telah meletakkan kendaraan mereka di Surga sejak seratus tahun atau dua ratus tahun yang lalu, dan kamu masih menyebut kesalahan dan mencela mereka?" Mendengar itu, Abdul Rahman pun menangis.

وبلغنـا أيضا أنه حدث ، وهو يقرأ كتابه ذلك على الناس عن يحيى بن معين أنه قـال : « إنـا للطعن على أقوام لعلهم قد حطوا رحالهم في الجنة منذ أكثر من منتى ســـــــة » . فبكى عبد الرحمان وارتعدت يداه حتى سقط الكتاب من يده .

Dan kami juga mendengar bahwa ada kejadian ketika dia sedang membaca bukunya kepada orang-orang, bahwa Yahya ibn Ma'in berkata, "Kami sering mengkritik beberapa orang, padahal mereka telah menaruh kendaraan mereka di surga sejak lebih dari seratus tahun." Maka Abdul Rahman pun menangis, dan tangannya gemetar hingga bukunya terjatuh dari tangannya.

قلت : وقد أخطأ فيه غير واحد على غير واحد فجرحوهـــم مـا لا صحة له . ومن ذلك : جرح أبي عبد الرحمان النسائي لأحمد بن صالح وهو حافظ إمام يقـة لا يعلق به جرج أخرج عنه البخاري في " صحيحه " . وقد كان من أحمد إلى النســـائي جفاء أفسد قلبه عليه . وروينا عن أبي يعلى الخليلي الحافظ قال : « أتفق الحفاظ علـى أن كلامه فيه تحامل ولا يقدح كلام أمثاله فيه » 

Saya (Ibnu Ash-Shalah) berkata: Dan sungguh telah jatuh pada kesalahan bukan hanya satu orang dalam hal ini (al-jarh), mereka Men-Jarh seseorang tanpa memiliki dasar yang shahih. Salah satu contohnya adalah jarh Abu Abdirrahman An-Nasa'i terhadap Ahmad bin Shalih, yang merupakan seorang hafiz dan imam yang diakui. Imam Al-Bukhari dalam kitab "Sahih"nya bahkan mengutip dari Ahmad bin Saleh. Antara Ahmad dan An-Nasa'i terdapat ketidakharmonisan yang merusak hati An-Nasa'i terhadap Ahmad. Kami juga mendengar dari Abu Ya'la Al-Khalili, seorang hafiz, yang mengatakan, "Para ahli hadis sepakat bahwa ucapan beliau memiliki unsur kecenderungan (sentimen pribadi) dan tidak mencela orang-orang sejenisnya sebagaimana pada Ahmad." 

قلت : النسائي إمام حجة في الجرح والتعديل ، وإذا نسب مثله إلى مثل هذا كـان وجهه أن عين السخط تبدي مساوي لها في الباطن مخارج صحيحة تغمـى عـنـها بحجاب السخط ، لا أن ذلك يقع من مثله تعمدا لقدح يعلم بطلانه ، فاعلم هذا فإنـه من النكت النفيسة المهمة . وقد مضى الكلام في أحكام الجرح والتعديل في النــوع الثالث والعشرين ، والله أعلم .

Saya berkata : An-Nasa'i adalah seorang imam yang kuat dalam masalah jarh wa ta'dil. Jika perkataannya dihubungkan dengan orang seperti ini, maka alasan yang mendasarinya adalah bahwa mata amarah memperlihatkan kelemahan yang sama dengan apa yang terjadi di dalamnya. Ada kesaksian yang kuat yang disembunyikan oleh kemarahan, bukan bahwa itu terjadi dari orang seperti dia secara sengaja untuk mencela, karena dia mengetahui sifatnya yang buruk. 

Jadi, ketahuilah ini karena ini adalah salah satu aspek yang berharga dan penting. Pembahasan tentang hukum-hukum al-jarh wat-ta'dil telah dibahas dalam pasal yang ketiga puluh tiga. Dan hanya Allah yang lebih mengetahui.

https://open.spotify.com/episode/0RmkjfLVbkp2MBySIjomaF